Syaikh Siraj pernah berkata dalam bukunya Tuffahul Arwah
bahwasannya, Muhammad bin Warsyanah,
yaitu seorang yang dipercayai untuk mengurusi badan wakaf untuk
keperluan kaum fakir. Kaum fakir itu banyak yang mengeluh kepada Syaikh Tajuddin
bin Rifa’i atas ketidakadlilan Muhammad bin Warsyanah. Sebab atas pengaduan
itu, Syaikh Tajuddin lalu memanggil Muhammad bin Warsyanah ke hadapannya.
Setelah Muhammad bin Warsyanah sampai, beliau Syaikh Tajuddin berkata padanya:
“Wahai Muhammad, banyak kaum fakir yang mengeluh tentang ketidakadilanmu. Jika
mereka berdusta, pasti kamu tahu. Dan jika mereka benar, pasti kamu kan tahu.”
Belum selesai Syaikh Tajuddin berkata demikian, tiba-tiba Muhammad bin
Warsyanah jatuh tersungkur dihadapan Syaikh Tajuddin dan menghembuskan nafasnya
yang terakhir. Kejadian tersebut banyak disaksikan orang banyak.
Dikisahkan pula, pernah Syaikh Tajuddin bin Rifa’i pada
suatu hari pergi ke suatu desa. Beliau tahu bahwa sebagian penduduknya tidak
percaya akan adanya wali dan karomahnya. Kedatangan Syaikh Tajuddin disaksikan
orang banyak. Di desa itu dikenal ada seorang yang tersohor sangar pelit. Di
desa tersebut, beliau meminta pada orang yang dikenal sebagai orang yang pelit
itu seekor ayam. Ayam itu dimakannya semua. Semua orang yang hadir di majelis
itu berkata: “Wahai Syaikh, ayam yang kamu makan itu masih punya anak-anak
kecil”. Mendengar ucapan para hadirin itu, beliau segera menunjukan tangannya
ke mangkuk yang berisi sisa kuah dan tulang ayam yang habis dimakan beliau.
Pada saat mereka membungka mangkuk itu, mereka terperanjat melihat bekas tulang
belulang ayam itu kini berubah menjadi seeokor ayam hidup. Kemudian Syaikh
Tajuddin mengembalikan ayam itu pada anak-anak ayam yang sedang mencari
induknya.
Dikisahkan pula, Syaikh Tajuddin waktu itu masuk ke rumahnya
di waktu siang, kemudian beliau tidur. Melihat Syaikh Tajuddin sedang tidur,
kawan-kawannya lalu keluar rumah. Anehnya, waktu mereka masuk kembali, mereka
dapatkan Syaikh Tajuddin tidak ada di tempat tidurnya. Mereka menjadi heran
semuanya. Ketika mereka masih merasa heran dengan apa yang terjadi, tiba-tiba
Syaikh Tajuddin sudah berada lagi di tempat tidurnya tanpa diketahui darimana
munculnya beliau. Kemudian Syaikh Tajuddin bangkit untuk sholat. Dalam keadaan
yang sedemikian itu, tidak seorang pun yang berani menanyakan pada beliau.
Dikisahkan pula bahwa beliau mendengar putrinya sakit.
Ketika Syaikh Tajuddin mengambil air wudhu, Allah memberinya ilham agar bekas
air wudhunya itu diminumkan. Setelah diminumkan, Allah memberinya kesembuhan.
Selain itu, masih banyak karomah beliau yang perlu
disebutkan disini. Namun karena mengingat tempat, terpaksa kami cukupkan dengan
yang ada saja.
Syaikh Tajuddin wafat di Mekkah pada tahun 1050 H. Beliau
dimakamkan di makam yang telah disiapkan sendiri semasa hidupnya. Beliau
dimakamkan di atas gunung Qaiqa’an.
Makam beliau banyak dikunjungi orang.
Sumber : Buku Kumpulan Kisah Keramat Para Wali, Yunus Ali Al Muhdar, 2000 (dengan editan)
Post a Comment for "Kisah Wali Allah Hidupkan Ayam Yang Telah Mati Dimakannya Sendiri"
Harap berkomentar menggunakan bahasa yang sopan, bukan porno, bukan promosi, dan tidak berisi link.
Post a Comment